Abdullah bin Al Za’bari
Abdullah bin Al Za’bari
adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Quraisy,
keturunan Bani Syahmi. Ayahnya bernama Al Za’bari bin Qais bin ‘Adhi dan ibunya
bernama Atiqah binti Abdullah bin Umair al Jumahiyah. Layaknya Abdullah bin
Rawahah, ia juga seorang penyair. Pada masa jahiliyah, Abdullah bin Al Za’bari
termasuk salah seorang 4 penyair ternama pembela Quraisy. Kecakapan empat
penyair itu sering digunakan untuk menyerang dan menyakiti Rasulullah SAW dan kaum
muslimin. Tiga penyair lainnya, yaitu; Amru bin Ash, Dhirar bin Khattab, dan
Abu Sufyan bin Harits. Namun, Allah memberikan mereka hidayah-Nya sehingga
mereka masuk Islam.
Ketika Rasulullah SAW
menyampaikan dakwah Islam secara terbuka mengikuti perintah Allah SWT serta
mengajak manusia meninggalkan menyembah berhala yang terbuat dari kayu dan
batu, Ibnu Al Za’bari termasuk di antara orang yang sangat gigih menentang
dakwah Rasulullah SAW dan berusaha menyakiti Rasulullah SAW dengan berbagai
cara, termasuk dengan syair-syairnya. Saat itu, para Quraisy menganggap
syair-syair Ibnu Al Za’bari sebagai syair Quraisy yang terbaik. Ibnu Al ‘Azir
menuturkan dari al-Zubair bahwa menurut para periwayat Quraisy, Ibnu Al Za’bari
adalah penyair terbaik pada masanya. Namun, al-Zubair sendiri berpendapat bahwa
Dhirar bin Khattab lebih unggul daripada Ibnu Al Za’bari. Menurutnya
syair-syair Dhirar bin Khattab lebih sedikit cacatnya. Selain fasih lisannya,
Dhirar bin Khattab terkenal piawai dalam memainkan senjata. Hal ini terbukti
ketika ia masih dalam keadaan kafir dan mengikuti perang Khandaq dalam barisan
kafir Quraisy, ia berhasil menerobos pertahanan kaum muslim bersama empat orang
Quraisy lainnya. Mereka berhasil melewati parit yang dibuat kaum muslim untuk
membentengi wilayah pertahanan umat Islam.
Bagaimanakah Allah memberi
petunjuk kepada Ibnu Al Za’bari sehingga ia mau bersyahadat untuk memeluk
Islam?
Saat Rasulullah SAW dan kaum
muslim menaklukkan kota Makkah, Ibnu Al Za’bari melarikan diri menuju Najran
bersama Khubairah bin abu Wahab al Makhzumi. Ia tinggal di sana sampai
Khubairah meninggal dalam keadaan kafir setelah menceraikan isterinya, Ummu
Hani binti Abu Thalib yang memilih masuk Islam.
Ibnu Hisyam mengutip sebuah
riwayat dari Ibnu Ishaq dari Said bin Abdurrahman, bahwa dalam salah satu
syairnya, Hasan bin Tsabit menyebutkan ibnu Al Za’bari yang ketika itu berada
di Najran:
Jangan engkau bodohi
seorang lelaki yang murkanya
Menempatkanmu di Najran
dalam hidup yang kelam
Ketika mendengar syair
tersebut, hatinya tergerak. Ia merenungkan makna syair tersebut dan menjadi
luluh. Ibnu Al Za’bari segera menghadang Rasulullah SAW dan menyatakan masuk
Islam. Ia melantunkan bait-bait syair:
Wahai utusan penguasa,
lisanku ini akan memperbaiki
Segala yang telah aku
hancurkan, saat aku sesat dan aniaya
Di masa ketika aku bisa
mengagungkan tipu daya setan
Dan menuntun manusia
menuju banyak kesesatan
Wahai utusan penguasa,
Daging dan tulangku
beriman, dan hatiku menjadi saksi
Engkau adalah pemberi
peringatan
Dulu aku pernah mencelamu
juga semua keturunanmu
Dan merendahkan orang
yang menurutku tertipu rayuanmu
Jadi, Ibnu Al Za’bari memeluk
Islam setelah peristiwa ‘Fathu Makkah’ dan ia menjadi muslim yang baik. Ibnu Al
‘Azir mengatakan;
“Anak Ibnu Al’Za’bari wafat
mendahului ayahnya.”
Dalam suatu kisah sebelum
masuknya Ibnu Al Za’bari dalam agama Islam, ia pernah menangisi para korban
perang Badar. Mimpi buruk Quraisy itu tidak beranjak dari ingatannya hingga
terjadi perang Uhud dan perang Khandaq. Ia terus dibayang-bayangi rasa amarah
dan ingin membalas dendam kepada kaum muslimin.
Ketika para penyair terbaik
Rasulullah SAW, yakni Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Rawahah, dan Ka’ab bin
Malik menggubah syair tentang kisah kepahlawanan yang mencela kaum Quraisy,
Ibnu Al Za’bari berencana membalasnya dengan syair yang lebih pedas, tetapi
rencananya tidak berhasil karena ia tidak kuasa.
Setelah memeluk Islam, Ibnu
Al Za’bari memanfaatkan kepiawaiannya dalam menggubah syair untuk kepentingan
dakwah Islam. Meski Ibnu al’Za’bari memeluk Islam di usia yang tidak lagi muda,
namun ia dikenal sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang setia membantu
perjuangan Nabi Muhammad SAW hingga ia wafat.